“Untuk kemuliaan Nama Tuhan yang lebih besar,
gereja ini diberkati atas nama Santo Petrus oleh
tanggal 19 Februari 1922
P.J.W. Muller, S.J., Pastor.
C.P. Wolff Schoemaker, Arsitek.
M. Kunst, Ahli Bangunan.”
Pada tanggal 1 April 1906, Bandung memperoleh status Gemeente (setingkat kotamadya), sehingga berhak menyelenggarakan pengelolaan kota sendiri. Sejak saat itu, Kota Bandung mulai berbenah, antara lain dengan melaksanakan pengembangan permukiman kota untuk warga Belanda dan pembangunan kawasan pusat pemerintahan kotamadya (civic centre) berupa Gedung Balaikota berikut sebuah taman (kemudian disebut Pieterspark) tepat di lokasi bekas gudang kopi. Melengkapi civic centre ini, kelak dibangun berbagai bangunan publik di sekitar balaikota seperti sekolah, bank, kantor polisi, dan gereja, baik untuk umat Katolik maupun Protestan.
Pada tanggal 13 Februari 1907, pemerintah mengeluarkan keputusan untuk memisahkan Priangan, termasuk Kota Bandung, secara administratif dari Distrik Cirebon. Kota Bandung ditentukan sebagai sebuah stasi baru di Jawa Barat yang dipimpin Pastor J. Timmers dari Cirebon yang sudah 4 tahun menetap di Bandung.
Dalam penyelenggaraan gereja selama 4 tahun berikutnya ternyata jumlah jemaat semakin bertambah hingga mencapai 280 orang pada Perayaan Ekaristi. Saat itu, jumlah umat Katolik di Bandung sendiri telah mencapai 1800 orang. Maka Gereja St. Franciscus Regis pun diperluas karena tidak cukup lagi menampung jemaat yang semakin banyak. Setelah melalui beberapa alternatif dipilihlah sebuah lahan bekas peternakan di sebelah Timur Gereja St. Franciscus Regis, di Merpikaweg (kini jalan Merdeka), sebagai lokasi gereja baru. Perancangnya pun telah terpilih, yaitu Ir. C.P. Wolff Schoemaker, seorang arsitek berkebangsaan Belanda.
Pembangunan gedung gereja yang baru dilaksanakan sepanjang tahun 1921. Setelah selesai, geraja yang baru itu diberkati oleh Mgr. Luypen pada tanggal 19 Februari 1922, dan dipersembahkan kepada Santo Petrus, yang merupakan nama permandian dari Pastor P.J.W. Muller, SJ. Pada hari itu juga, Mgr. Luypen meresmikan dan memberkati Pastoran Santo Petrus, yang saat itu termasuk Vikariat Batavia.
Gereja dan pastoran yang lama, Gereja St. Franciscus Regis, dijadikan gedung Perkumpulan Sosial Katolik. Dua tahun kemudian, diresmikan pendirian sebuah gedung sekolah Katolik untuk putra dengan nama St. Berchmans di Javastraat (sekarang Jalan Jawa), tepat di sebelah Timur Gereja St. Petrus. Sekarang bangunan sekolah itu digunakan oleh SD St. Yusup II.
Beberapa tahun kemudian rel kereta api dibangun tepat di sebelah Selatan kompleks gereja ini. Misa seringkali terganggu oleh deru kereta api, walaupun demikian, Gereja St. Petrus tetap dalam semangatnya melantunkan pujian Ilahi.
Pustaka: Buku Kenangan 80 Tahun Gereja Katedral St. Petrus – Bandung
sumber http://www.katedralbandung.org/profil/gereja
0 komentar:
Posting Komentar